Dampak Konflik di Ukraina dan Palestina Bagi Dunia

LABRITA.ID - Semakin hari pertempuran di Ukraina dan Lebanon-Palestina semakin besar. Pasukan Rusia terus bergerak menuju Kyiv dan memukul mundur Ukraina yang dibantu NATO. Iran sudah 2 kali mengirimkan ratusan rudalnya menyerang Israel. Serangan 1 Oktober berhasil menembus ‘Iron Dome’ dan menimbulkan kerusakan signifikan pada fasilitas militer.
Beberapa negara sekitar titik pertempuran sudah melakukan beberapa tindakan seperti membeli peralatan tempur canggih dan melakukan wajib militer. Di lain sisi banyak negara bersiap atas inflasi dan penyiapan pasokan bahan makanan untuk warganya serta menganalisis situasi regional.
Dampak perang besar atau perang dunia ketiga bukan hanya kepada negara yang bertempur tapi juga negara-negara yang memiliki ketergantungan khusus kepada negara-negara yang bertempur tersebut. Negara mana saja yang serba salah dengan situasi pertempuran di Ukraina dan Timur Tengah?
- Eropa Timur. Bila perang dunia ketiga berkecamuk maka front yang paling mungkin adalah seputar Eropa Timur. Timur wilayah tersebut adalah Wilayah Rusia dan bagian barat adalah negara-negara NATO. Masalahnya beberapa negara eropa seperti Perancis dan Inggris memiliki tidak sedikit hulu ledak nuklir. Rusia adalah pemilik hulu ledak nuklir terbanyak di dunia dan memiliki peluncur rudal bergerak canggih.
- Negara-negara Baltik. Negara-negara tersebut awalnya netral dalam konflik eropa ini. Mereka tidak dalam jalur langsung pertempuran. Posisi mereka yang berada paling utara eropa membuat mereka kesulitan secara ekonomi dan militer. Musim dingin yang panjang dan suhu yang sangat rendah membuat mereka makin rentan. Finlandia dan Swedia terpaksa menjadi anggota NATO di tahun 2023 dan 2024 ini.
- Turkiye. Turkiye adalah sedikit negara yang menjadi anggota NATO tapi tidak menjadi anggota Uni Eropa. Turkiye selalu ditolak untuk diterima di Uni Eropa dan juga kesulitan untuk memperoleh persenjataan canggih dari Eropa barat. Turkiye membeli S-400 dari Rusia dan mengajukan diri untuk menjadi anggota kerjasama ekonomi BRICS yang disponsori Rusia, Tiongkok, India, Afrika Selatan dan Brazil. Bahkan posisi Turkiye berada diantara Rusia dan Timur Tengah. Turkiye termasuk mengecam dukungan AS, Inggris dan Jerman terhadap Israel dan memberikan dukungan pangan untuk Palestina.
- Arab Saudi. Muhammad bin Salman memainkan politik internasional yang rumit di Timur Tengah. Terlihat sekali MBS ingin memperkuat ekonomi dalam negeri dan memperkuat pengaruh politik internasionalnya. Keberadaan Israel dan dominasi AS di Timur Tengah hanya untuk kepentingan kedua negara itu sendiri dan mengorbankan kepentingan pihak Arab Saudi. Mendukung HAMAS dan Iran berarti meningkatkan resiko masa depan kerajaan. Situasi Timur Tengah yang benar-benar panas mengancam keberhasilan pembangunan dan investasi Saudi pada proyek NEOM.
Tiongkok. Tiongkok punya masalah besar dalam hubungannya dengan tujuan ekspor terbesar mereka yaitu AS dan Eropa. Perang dagang yang telah berkembang menjadi perang ekonomi membuat Tiongkok kesulitan.
Hubungan politik luar negeri dengan negara tetangga seperti India, Jepang, Vietnam, Philipina, Malaysia dan Indonesia juga memanas terkait perbatasan. Di sisi lain, pemasok minyak dan gas terbesar Tiongkok adalah Iran dan Rusia.
Tiongkok terlihat waspada dan menikmati konflik berkepanjangan di Eropa dan Timur Tengah karena menikmati murahnya minyak dan gas dari Rusia dan Iran. Kekuatan ekonomi AS dan Eropa terus tergerus untuk mendanai persenjataan dan perang.
Tiongkok melakukan mediasi antara dua kekuatan terbesar yaitu Hamas dan Fatah untuk rekonsiliasi di Palestina. Bila perang membesar melibatkan banyak negara kemudian AS dan Eropa berpotensi menang, apa yang akan dilakukan Tiongkok selanjutnya.