Menanti Sentuhan Maksimal Guardiola di Manchester City

Pep Guardiola (Foto: talksports.com)

02/05/2019 1345

LABRITA.ID - Pep Guardiola tentu menjadi perbincangan banyak pandit bola pekan ini. Manchester City tersingkir dari Liga Champions Eropa dari Tottenham Hotspurs merupakan kejutan. Citizen dijagokan semua pihak -kecuali pendukung Spurs tentunya- untuk maju ke semifinal bahkan juara UCL. Namun Spurs membenamkan mimpi City dengan keunggulan gol tandang. 

Pep membalasnya di EPL dengan kemenangan 1-0 di Etihad. Bagus bagi City menang 4-3 di Premiere League dan menang 1-0 di UCL. Kemenangan yang tertukar.

Kehebatan Pep muncul dan diakui saat menangani Barcelona. Dua kali mengangkat Piala UCL bersama klub Catalan merupakan kehebatan Pep yang belum bisa diulanginya. Bayer Muenchen dan City belum menikmati kehebatan Pep di Eropa. Bayern tiga kali tampil di semifinal. City dua kali kalah di perempat final oleh sesama klub Inggris. Menyedihkan bukan?

Baca Juga: Liverpool atau City, Siapa Lebih Berpeluang Juara EPL 2019

Bila ingin mengulas Pep Guardiola maka cara kualitatif adalah yang paling menarik. Setiap klub yang ditangani Pep selalu memiliki cara bermain yang khas. Semuanya berdasarkan sistem tiki-taka yang merupakan modifikasi dari Total Football. Permainan tiki-taka Barcelona dibentuk oleh Pep dengan berpusat pada Messi. Pemain lain bergerak di sekitar Messi untuk memberikan ruang atau menerima bola untuk dikembalikan ke Messi lagi.

Bayern lebih seimbang karena tidak ada pemain dengan kualitas Messi di tim. Pemain andalan Bayern adalah sayap yang bergerak menusuk ke tengah yaitu Ribery dan Robben. Begitu kuatnya pengaruh Pep sehingga Timnas Jerman tampaknya ikut bermain ala tiki-taka tersebut. Piala Dunia 2014 menjadi buktinya.

Pep melanjutkan perantauannya ke tanah Inggris. Tahun pertama tidak berjalan lancar dan untuk pertama kalinya Pep hampa gelar. Tahun kedua, Pep ‘mengamuk’ dan mendominasi EPL dengan menjadi tim pertama mencapai 100 poin.

Konsistensi Manchester Biru mulai terlihat sejak musim 2017/2018. Buktinya adalah City menjuarai Liga Premiere Inggris dengan poin lebih dari 100 dalam satu musim kompetisi. Musim ini, City bisa menjadi juara dengan 98 poin. Bedanya, tahun ini Liverpool memberikan perlawanan dengan ketat. Mereka saling rally poin ketat sejak bulan Desember.

Baca Juga: Tantangan Klopp dan Guardiola di Sisa EPL 2019

Saking ketatnya, 27 kali sudah terjadi saling ambil alih pemuncak liga antara City dengan Liverpool. Menegangkan sekali terutama bagi kedua pendukung klub tersebut.

Di pekan-pekan terakhir ini, Pep menjadi tokoh sentralnya. Step by step mesti dilaluinya dengan kemenangan untuk mengamankan titel juara. Tottenham dan Manchester United sudah dilewati. Selanjutnya menuntaskan pertandingan sisanya.

Penulis: Rizal