Belitan Masalah Si Setan Merah

Para Pemain Manchester United. (Foto: talksport.com)

01/05/2019 1445

LABRITA.ID - Kehadiran Ole Gunnar Solksjaer pada awalnya memberikan harapan. Empat belas kemenangan dari sembilan belas pertandingan awal bersama Solksjaer meyakinkan banyak pihak. Hanya tiga kekalahan yang diderita Manchester United ketika Solksjaer menjadi caretaker.

Namun, setelah Solksjaer dipermanenkan mulai muncul masalah. Dari 9 pertandingan terakhir di semua kompetisi, Setan Merah hanya menang dua kali dan tujuh lainnya berakhir dengan kekalahan. Empat kekalahannya terjadi di Liga Inggris. MU dari tim pengejar titel juara berubah menjadi pengejar empat besar.

Baca Juga: Akhir Musim MU, Akhir Mourinho atau Pogba?

Apa masalah MU?

Pertama, MU tak bisa lepas dari bayangan Sir Alex Ferguson. Alasan pemilihan Solksjaer karena memahami budaya MU dan pernah ditangani oleh manajer legendaris klub tersebut. Namun, Ferguson adalah Ferguson dan Solksjaer tetaplah Solksjaer.

Beberapa alumni akademi MU 1992 menawarkan rombak total klub termasuk filosofi permainan. Klub diharapkan mencari identitas baru pasca Ferguson. Tidak mudah memang, tetapi merupakan alternatif daripada mencari duplikasi Ferguson yang sudah gagal tiga kali berturut-turut dari David Moyes, Louis van Gaal, dan Jose Mourinho. Solksjaer tampaknya sedang mengambil arah yang sama dengan ketiga pelatih sebelumnya.

Baca Juga: Faktor Mourinho Ditendang MU

Kedua, kultur bisnis klub kota Manchester ini yang lebih dominan daripada kultur olahraga. Sejak ditangani Ed Woodward, MU berubah menjadi mesin uang yang efektif. Masalahnya prestasi MU menurun drastis. Hilangnya ambisi menjadi juara di kompetisi utama seperti EPL dan UCL. Lalu perekrutan pemain yang tidak sesuai dengan skema permainan MU.

Ketiga, masalah gaji pemain. Datangnya Alexis Sanchez dengan gaji 505.000 poundsterling per pekan menimbulkan kecemburuan. Kontribusi Sanchez yang minim jadi masalahnya.

Para pemain yang berkontribusi besar menuntut kenaikan gaji dan besarannya mendekati gaji Sanchez. David De Gea yang merupakan salah satu kiper terbaik di dunia meminta kenaikan gaji 400.000 poundsterling per pekan. Marcus Rashford menunda pembicaraan pembahasan kontrak baru karena menghendaki gaji 200.000 poundsterling per pekan. Paul Pogba memanfaatkan ketertarikan Real Madrid untuk negosiasi gaji baru dari yang sebelumnya 270.000 poundsterling per pekan. 

Masalahnya sedikit klub yang mau membeli Sanchez. Penampilan yang terus menurun sejak dilepas Arsenal menjadi alasan klub lain mengincar pemain Chile itu. MU sendiri terancam tidak bermain di UCL tahun depan karena posisinya masih di luar empat besar. Kehilangan pendapatan yang besar bila MU hanya bermain di Liga Eropa.

Keempat, kualitas pemain yang bergabung bukanlah kelas satu. Bergabungnya Fellaini dan Lukaku merupakan contoh pemain yang bukan ‘level’ MU. MU butuh striker yang mampu mencetak minimal 30 gol di tiap musim kompetisi.

MU butuh gelandang yang mampu ‘mematikan’ permainan tim lawan serta bek yang siap memenangkan pertarungan melawan striker dengan kualitas Sergio Aguero yang berada di klub sebelah mereka.

Tidak mudah memperbaiki kondisi MU sekarang ini tetapi MU tetaplah MU. Klub tersukses di Liga Inggris.

Penulis: Rizal