Membaca Habibie

M. Luqmanul Hakim

18/09/2019 1158

M Luqmanul Hakim
Mahasiswa Pascasarjana IPB
Kadep Inkubator Bisnis Forum Mahasiswa Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

LABRITA.ID - Pahlawan adalah orang yang bekerja melampaui kebutuhannya sendiri. Mereka menanggung beban orang banyak, berdiri tegak ketika yang lain tunggang langgang. Mereka ditempa oleh zaman, lalu menantangnya. Bekerja dalam senyap, mengorbankan waktu waktu berharga mereka, berteman dengan kesepian. Mereka bekerja di medan gagasan berusaha mengubah realitas. Pada titik tertentu idea mereka bertemu takdir Tuhan, jadilah momentum kepahlawanan. Selalu begitu, manusia biasa seperti kita, tapi dengan cita tak biasa. 

Indonesia modern sangat beruntung memiliki sosok pahlawan yang satu ini. Sebagaimana bangganya kita punya Cokroaminoto, Tan Malaka, Soekarno, Hatta dan Soeharto. Habibie adalah puzzle kepahlawanan yang mengokohkan kesejarahan Bangsa kita sebagai bangsa besar. Jika Cokro  mendidik para pendiri Bangsa,Tan Malaka menarasikan gagasan Republik, Soekarno membangun platform kesatuan dan kemerdekaan bangsa, Hatta bung cerdas menjadi model idealisme moral dan ekonomi, dan Soeharto menarasikan pembangunan. Maka legacy Habibie menyempurnakan dialektika para pahlawan menuju identitas indonesia sebagai bangsa besar. Gagasan pahlawan terdahulu adalah tentang ideologi negara, sistem kebangsaan, sistem ekonomi, dan narasi pembangunan. Habibie menyempurnakannya menanamkan tonggak gagasan penting yaitu berupa daya saing dan teknologi. Inilah identitas kesejajaran, bahwa anak-anak bangsa kita layak membicarakan apa yang dibicarakan Eropa, Amerika, Jerman, Jepang dan Inggris. 

Inspirasi habibie menembus inti jiwa anak anak muda 80-90an. Ilmuwan ilmuwan besar Indonesia saat ini pastilah dahulu saat masih kanak bercita ingin seperti Habibie. Karena Habibie adalah arus baru, ketika masyarakat berbicara urusan identitas, keadilan dan jalan raya. Habibie muncul dengan mindset  peradaban teknologi dan daya saing. Dan tidak main main habibie membawa gagasan strategis membuat pesawat terbang. Zaman ketika mobil dari jepang, motor dari jepang, sepeda dari China, ada tokoh yang dengan lantang berkata : 'kita bisa buat pesawat sendiri!!'. Tokoh ini seperti datang dari semesta yang berbeda, sehingga seperti tidak terpengaruh watak inferior bangsa kita.

Prestasi Habibie tidak hanya dalam narasi daya saing dan peradaban teknologinya. Dalam dialektika wacana politik Indonesia, Habibie adalah pemimpin yang mengantarkan Indonesia dari 30 tahun tirani menuju bangsa yang Demokratis. Dahulu berbeda dengan pemerintah adalah penderitaan. Resiko ditangkap bahkan dibunuh. Lalu Habibie walau berasal dari lingkar orde baru tersebut merestui demokrasi. Disamping itu ketika Indonesia terancam menjadi negara gagal karena krisis moneter, habibie berhasil membawa nilai tukar rupiah kembali pulih. Memang ada kelemahan kepemimpinan Habibie yaitu referendum kemerdekaan Timor Leste. Tetapi perlu diketahui Timor Leste bergabung dengan Indonesia memang bukan kehendak rakyatnya. Dan Pahlawan memang masih manusia biasa bukan nabi. Soekarno & Soeharto akhirnya menjadi Tirani, Natsir sang pemersatu NKRI  sempat bergabung dengan PRRI dsb.

Ada empat hal penting yang harus dipelajari dari guru bangsa kita ini :

1. Temukan 'The Why' hidupmu dan berjuanglah untuk itu.

Orang orang besar selalu memiliki memiliki "the why" yang menjadi nilai inti hidup mereka. Nelson Mandela memiliki the why atau alasan yaitu berjuang melawan apartheid. Muhammad Yunus, Grameen bank, memiliki alasan mengangkat harkat orang miskin. Begitu pula Habibie, beliau memiliki alasan berjuang yaitu ingin menjadikan bangsa Indonesia menjadi bangsa besar melalui teknologi dirgantara. Habibie juga mengajari prinsip penting, tujuan/the why tidak boleh berubah, tetapi strategilah yang harus diubah. Sikap keras kepala pada prinsip dan 'the why' ini yang membuat Tuhan mendukungnya dan membuat semesta berpihak pada dia. Betapa seperti mukjizat sang teknokrat berlatar sipil tersebut menjadi wakil presiden dan lalu jadi presiden. Yang menarik lagi sampai usia senja dan ditinggal istrinya habibie masih memegang 'the why' tersebut. Semangat jihad yang begitu dahsyat..

2. Membangun Indonesia dengan etos global, tapi dengan identitas kesadaran tetap sebagai Indonesia.

Mengapa karya habibie menjadi legenda? Habibie membangun bangsa dengan etos determinasi  jerman. Sebagaimana the beatles berkarya dengan etos hamburg. Jerman, Swis adalah bangsa dengan etos kerja dengan standar paling tinggi dengan tingkat presisi nyaris sempurna. Etos ini meresap pada Habibie. Habibie memang berdialektika dengan masyarakat Internasional, tetapi kesadarannya tetap Indonesia. Indonesia yang religius dan gotong royong. Kesadaran sejarahnya terintegrasi dengan sejarah bangsa, bagaimana sumpahnya ingin membangun bangsa. Kesadaran wilayahnya sangat kuat dengan gagasan pesawat yang menguntungkan sebagai bangsa kepulauan. Religiusitas nya tidak aneh-aneh membawa gagasan liberal, beliau justru berkarya melalui ICMI dan ingin mewujudkan islam yang kongkret. Bahkan ketika di Jerman beliau tetap menjaga hubungan khusyuknya dengan Tuhan, dengan menjaga shalat walau tidak ada masjid di kampus. Jika ditarik benang merah  Habibie bekerja dengan etos global, tetapi tetap menjiwai pancasila.

3. Jadikan Cinta sebagai sumber energi kepahlawananmu

Habibie adalah seorang pecinta, dalam definisi cinta yang paling dalam. Cinta adalah gerak perasaan dan kehendak untuk memperhatikan, memberi, menumbuhkan apa yang dicintainya. Cinta Habibie bersumber dari Tuhan, karena sebagai yatim dan ditanah asing Tuhan adalah satu-satunya tempat bergantung. Maka sujud adalah sumber energi cintanya. Dalam perjalanannya di negeri asing justru membuat gerak perasaannya untuk memperhatikan, memberi dan menumbuhkan bangsanya. Lalu dia menyatakan sumpah untuk memberikan cintanya pada bangsanya. Melepaskan kenyamanannya di Jerman, masuk ketidakpastian negaranya sendiri. Habibie memberikan keseluruhan dirinya, awalnya perasaan, lalu menjadi gagasan yang terformulasi dan disiplin tindakan. Setiap pagi dia bangun dengan sumpah cintanya untuk negeri. Lalu terjadilah snowball, kerjanya menjadi inspirasi penjuru negeri. 

Rumah tangga habibie adalah definisi cinta yang cukup ideal. Karena cinta, kata sastrawan, bukan aku dan kamu saling menghadap, tetapi cinta adalah aku dan kamu menghadap arah yang sama. Begitulah habibie dan ainun. Ainun tahu bahwa cinta suaminya menghadap pada negerinya. Lalu Ainun menghadapkan pada arah pandangan yang sama, dan mendukung kerja kepahlawanan suaminya. Ainun rela menanggalkan  profesinya hasil dari kuliah di kedokteran UI. Lalu mendukung suaminya, menyemangati ketika lelah, mendengarkan keluh kesah, sampai menyatu dalam irama perjuangan. Mereka menyatu di jalan tersebut, menjadi sumber kekuatan besar bagi Habibie di tengah kerasnya perjuangan politik nasional. Keseimbangan besar tersebut menghilang ketika Ainun meninggal. Dan Habibie gontai. Separuh jiwanya pergi. Pahlawan perkasa tersebut menitikkan air mata. Sungguh indah cinta mereka, cinta yang mengukir sejarah.

4. Jadikan dunia (jabatan, uang, popularitas) selalu hanya sarana berkarya, bukan tujuan

Habibie adalah seorang yang memiliki segala kelayakan untuk memimpin. Tetapi dia meninggalkan kekuasaan dengan sangat mudah dan tanpa ada kekolotan untuk mempertahankannya. Bagi seorang pecinta ini bukanlah kehilangan besar, tetapi hanya kesempatan memberi yang lewat saja. Karena habibie sejak awal hanya ingin membangun karya saja, maka akhirnya walau tanpa kekuasaan habibie tetap melanjutkan karyanya. Bahkan akhirnya Tuhan makin mengekalkan manfaatnya, melalui yayasan, gagasan tulisan, biografi dan film-film. Kekuasaan, harta dan popularitas tidak membuatnya berhenti dan beralih fokus mengekalkannya dan mempertahankannya. Dia tidak membangun dinasti politik bahkan untuk anak dan keluarganya. Gagasannya tetap tentang cinta dan karya, dan membumikannya di Indonesia sampai Tuhan memanggilnya.

Habibie saat ini sudah menjadi teks sejarah bangsa, dan layak untuk kita ajukan dalam perdebatan wacana identitas, kepemimpinan, politik dan ekonomi bangsa kita. Apalagi saat ini bangsa kita defisit
etos global sekaligus defisit kesadaran identitas kebangsaan sekaligus mengalami krisis kepemimpinan. Segala dari asing oleh bangsa kita dilahap, bahkan sampai menghilangkan identitas asli kita. Kita menjadi bangsa penelan tanpa pernah mengunyah dengan nilai kearifan bangsa kita sendiri. 

Semoga di masa depan lahir Habibie - Habibie muda yang melanjutkan idea mengenai bangsa Indonesia yang besar. Karena bangsa yang besar adalah hasil dari akumulasi karya kepahlawanan antar generasi.

Wallahualam.