Pesan Gubernur Sultra di Peringatan Hari Ibu 2019

Gubernur Sulawesi Tenggara, Ali Mazi Saat Menyampaikan Sambutan di Hari Ibu 2019. (Foto: La Ato/Labrita.Id)

30/12/2019 1313

LABRITA.ID - Hakekat Peringatan Hari Ibu (PHI) setiap tahunnya adalah mengingatkan seluruh rakyat Indonesia, terutama bagi  generasi muda bangsa terhadap keberadaan dan peran penting kaum perempuan Indonesia dalam memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa,  serta sebagai bentuk apresiasi atas gerakan kaum perempuan sepanjang sejarah perjuangan dan pergerakan bangsa Indonesia.

Pernyataan tersebut disampaikan Gubernur Sulawesi Tenggara, Ali Mazi saat menyampaikan sambutan pada acara PHI yang sekaligus dirangkaikan dengan hari ulang tahun Dharma Wanita ke-20 di Hotel Claro, Sabtu (28/12/2019).

Selain untuk menghormati  dan menghargai jasa para pejuang perempuan, PHI juga sebagai momen penyemangat bagi kaum perempuan untuk terus berperan dalam memajukan peradaban masyarakat serta mewujudkan cita-cita luhur bangsa.

"Perempuan, dalam hal ini ibu, merupakan sosok penting di balik kekuatan dan kemajuan peradaban bangsa. Sudah sepantasnya kita memberikan dukungan perlakuan-perlakuan istimewa kepada mereka," kata Ali Mazi dalam sambutannya.

Tema Hari Ibu ke-91 ini adalah Perempuan Berdaya, Indonesia Maju. Tema ini menurut Ali Mazi, berdasarkan situasi dan kondisi bangsa Indonesia dalam menyelaraskan arah kebijakan pembangunan pemberdayaan perempuan  dan perlindungan anak, sebagaimana yang telah tercantum di dalam RPJMN 2015-2019.

Dalam konteks pembangunan daerah Sultra, pembangunan pemberdayaan perempuan, perlindungan perempuan dan anak telah tertuang dalam visi dan misi, serta sasaran pembangunan Propinsi Sultra selama periode 2018-2023.

"Pembangunan pemberdayaan perempuan, perlindungan perempuan dan anak tercantum pada misi pertama, yaitu meningkatkan kualitas hidup masyarakat agar dapat  berdaulat dan aman dalam bidang ekonomi, pangan, pendidikan dan kesehatan lingkungan, politik, serta iman dan taqwa. Hal ini kemudian dipertegas dalam sasaran keenam, yaitu terpeliharanya kondisi aman secara pribadi dan komunitas, sehingga bebas dari ancaman kekerasan dan ketegangan antar identitas, serta sasaran ketujuh, yakni terpeliharanya kondisi aman dalam kehidupan politik dan pemenuhan hak asasi," kata Ali Mazi.

Aman yang dimaksud dalam hal tersebut menurutnya adalah merujuk pada kondisi dinamis keamanan teritorial dan tertib sosial, di mana masyarakat termasuk kaum perempuan terbebas dari kejahatan, kekerasan, dan situasi-situasi kritis yang berasal dari sumber eksternal, maupun internal.

Dalam perjalanan pembangunan dan pemberdayaan perempuan dan anak, menurutnya masih banyak persoalan sosial yang berdampak pada kehidupan masyarakat, khususnya perempuan dan anak, seperti terjadinya kekerasan, bentuk-bentuk perlakuan diskriminatif, dan lain sebagainya.

Untuk menyikapi persoalan tersebut menurutnya diperlukan berbagai langkah untuk mengatasinya. 
"Memaksimalkan peran keluarga menjadi salah satu cara untuk mencegah terjadinya kekerasan yang dimaksud. Hal ini dapat dilakukan melalui penanaman nilai-nilai, karakter, dan budi pekerti sejak dini," tutup Ali Mazi.

Laporan: La Ato